Sate Ayam Bumbu Pecel

|
Konco-konco iki ono sate anyar dengan bumbu pecel khas Nganjuk, boleh dicoba kanggo panganan siang mengko.
Monggo ngerasa'ake :

Hangat Menyegarkan dengan SUP KIMLO Bu Ninik

|



Bagi Anda yang suka dengan santapan hangat sekaligus menyegarkan, kuliner kita kali ini mungkin cocok untuk dihidangkan yaitu Sup Kimlo. Memang makanan yang berasalnya dari bumi Makassar - Ujungpandang. Bu Ninik pemilik warung diJl. Megantoro Nganjuk mendapatkan resep istimewa ini dari saudaranya yang memang gemar memasak di ibukota Sulawesi Selatan itu. Hingga sekarang, menu sup Kimlo ini menjadi salah satu menu favorit di depot makanan. Sup Kimlo merupakan sup bening berisikan sayuran seperti wortel, kapri, kembang kol, kobis, daun prei dan seledri serta jamur bekji atau kita bisa menggantinya dengan jamur kuping yang sudah akrab digunakan para ibu. Satu lagi bahan yang tampak agak asing dan jarang dipakai adalah kuncam. Sayuran ini adalah sejenis irisan kembang pisang atau orang Jawa lebih lazim menyebutnya dengan ontong gedhang.

Selain sayur mayur, di dalam sup kimlo juga ditambahkan irisan daging ayam, telur puyuh dan udang laut yang dikupas bersih dan diiris kecil-kecil. Oleh ibu yang bernama lengkap Ninik Ligiawati ini justru menambahkan bakso daging sapi yang dibuatnya sendiri untuk menambah cita rasa sup. Untuk pemanis tampilan, ditambahkan pula kembang tahu dan soun putih.Nah, kalau semua bahan sayuran dan daging dicampurkan, lalu bagaimana rasanya. Ternyata, rasanya memang benar-benar sedap. Guriiiih, tenan. Ada yang bilang, muuantap kaliii….!!!

Rasa sup kimlo sangat menyegarkan disaat kehausan, tenggorokan ini langsung lega begitu menyantap sup ini. Apalagi warnanya yang bening membuat semua isi sup tampak berenang ke sana kemari. Seakan-akan hendak memancing selera kita untuk segera menghabiskannya. Sup Kimlo ini sangat enak bila disantap dalam kondisi hangat. Selain bisa menghangatkan badan, sup ini juga bisa menyegarkan tubuh. Dengan harga yang cukup terjangkau dompet warga Nganjuk, sup ini bisa dibawa pulang. Satu porsi (ukuran satu rantang) sup Kimlo seharga Rp. 10 ribu. Biasanya satu porsi sup bisa dinikmati untuk enam orang , murah bukan ?

Usaha catering dan depot Bu Ninik memang baru tiga tahun dirintis. Tap ia mengaku sudah memiliki banyak pelanggan. Terutama dari kalangan Tionghoa dan beberapa dokter yang membuka praktek di Nganjuk. Tak heran bila sup Kimlo seperti masakan jenis oriental. Selain sup Kimlo, menu mie pangsit khas Malang juga jadi menu favorit yang disediakan setiap hari oleh Bu Ninik. Jadi tak perlu sungkan lagi. Cobain Sup Kimlo yang hangat menyegarkan.

Iga Bakar dan Asem-asem iga Fambayung

|


Melintasi jalur Nganjuk – Madiun jangan lupa untuk mampir di Warung kopi Fambayung, rest area yang cukup menarik dengan lahan parkir yang luas, tempat lesehan yang cukup sejuk dan nyaman. Tertarik dengan menu Iga Bakar Fambayung yang merupakan makanan favorit warung ini. Sangat istemewa dan rasa bumbu-bumbunya sangat terasa serta meresap di daging iga yang cukup empuk sehingga begitu lezat di lidah kami. Pemilik Warung Kopi Fambayung Bu Lis, nama panggilannya. Listi Sutikno, wanita kelahiran Jombang 38 tahun lalu itulah yang meracik bumbu-bumbu pada menu-menu yang ada di Warung Kopi Fambayung ini.

Warung Kopi Fambayung ini sudah berdiri sejak tahun 1995 denga menu Iga Bakar Fambayung yang merupakan menu warisan nenek moyangnya, Mbah Gule. Mbah Gule dulu sangat terkenal maskan gulenya di kawasan Madiun. Berangkat dari masakan iga daging kambing, dia mencoba beralih ke iga sapi. Ternyata minat para pelangganya sangat luar biasa. “Tiap hari rata-rata saya memerlukan 10 kg iga sapi,” tutur ibu dari 5 orang anak ini. Lis mengungkapkan bahwa selain disajikan dalam bentuk bakar, iga sapi ini juga banyak diminati dalam bentuk asem-asem yang juga menjadi menu favorit di warung kopi Fambayung ini.

Menempati area seluas hampir 1 hektar tepatnya di Jalan Raya Madiun – Bagor - Nganjuk, Warung Kopi Fambayung buka 24 jam. Dibantu 16 karyawannya yang rata-rata penduduk sekitar, Lis menyediakan menu-menu istemewa bagi pelanggannya. Selain Iga Bakar dan Asem-Asem Iga Fambayung, tersedia juga Gurami Bakar, Ayam Bakar Manis pedas Fambayung, dan es Fambayung. Kopi? Kenapa dinamakan Warung Kopi karena menyediakan kopi yang sangat spesial. Bubuk kopi ini merupakan olahan murni dari Warung Kopi Fambayung yang tentu saja dari biji kopi kualitas terbaik.

Satu jamuan yang sangat istimewa di warung Fambayun , Silahkan untuk menikmati salah satu menu khas dari Kabupaten Nganjuk yang ada di Warung Kopi Fambayung ini, Iga Bakar Fambayung dan Asem-asem Iga Fambayung. Asap dan aroma Iga Bakar Fambayung yang kembali mengudara, Hmm...terbayang kelezatannya, monggo mampir.

Samplok….. Penganan Dari Telo Asli Ndeso

|


Salah satu makanan khas Kutpo Angin yaitu sampok yang berwarna kuning keemasan dengan dibalut parutan kelapa yang menambah nikmat makanan asli orang pedesaan. Dibuat dari bahan dasar ketela pohon alias singkong, tumbuhan yang cukup mudah ditemukan di wilayah Nganjuk baik di musim hujan maupun kemarau. Proses pembuatannya sendiri lumayan rumit di samping perlu waktu dan tenaga ekstra. Awalnya, ketela dikupas sampai bersih dan dicuci. Kemudian baru diselep (dihaluskan dengan mesin penggiling, Red) biar halus. Baru setelah itu dilakukan pembersihan dari rasa getir dan pahit dengan cara diperas dan ditekan dengan tumpukan batu hingga cukup atus. Langkah selanjutnya, dilakukan pemisahan dan pencampuran dengan garam secukupnya untuk selanjutnya di masak hingga matang. Baru dilakukan penumbukan agar menjadi padat dan lebih halus untuk selanjutnya dicetak bulat-bulat sesuai dengan ukuran pemesan.

Samplok bisa dinikmati kapan saja dan umumnya masyarakat biasa membeli samplok di pasar tradisional seperti Pasar Wage, Pasar Gondang atau Pasar Kertosono saat pagi hari, maka samplok pun lebih banyak dikonsumsi pada pagi hari. Tapi bila disantap di saat yang lain seperti siang atau sore hari pun masih terasa nikmat. Bu Sumini wanita 43 tahun asal Dusun Gilis Desa Sonobekel Kecamatan Tanjunganom termasuk salah satu pembuatnya, kegiatannya membuat samplok dilakukannya pada saat –saat senggang seperti sedang menunggu panen padi. Laba yang tidak seberapa tidak menyurutkan semangat ibu tiga anak ini untuk terus membuat samplok. “Memang untuk laba tidak begitu menjanjikan. Tapi saya senang masih bisa terus membuat samplok. Biar orang-orang tetap ingat kalau ada makanan desa yang masih dijaga keberadaannya sampai sekarang ini,’’ ujar Sumini.

Selama ini, bahan baku memang mudah didapat dari pasar Berbek dengan harga saat ini Rp.70.000,- per kuintal yang diantar langsung oleh mitra kerja. Dalam sehari, Sumini bisa menghabiskan satu kuintal ketela tersebut dan dapat dibuat menjadi 150 bungkus samplok dengan harga setiap bungkusnya RP. 2.000,- saja .Nah, samplok meski menjadi penganan asli ndeso, juga potensial untuk menjadi oleh-oleh khas Nganjuk. Tentu saja dengan desain kemasan yang lebih cantik dan menarik di samping penjualannya yang harus lebih disebarluaskan lagi di toko roti atau yang menjual makanan tradisional khas Nganjuk

Gado-Gado & Lontong Kikil Jarakan Bu Yuni

|


Siapa sih yang tak suka gado-gado ? Menu sayuran ini termasuk salah satu menu favorit dan mencari gado-gado yang enak di Nganjuk, dimana ya ? Warung Bu Yuniningsih alias Yuni di Jl. Wilis Jarakan, Kramat menjual gado-gado berisi irisan kentang, kacang panjang, mentimun, kubis (kol) rebus, taoge, tahu, tempe, tomat, wortel dan selada. Lalapan daun selada inilah yang membedakan gado-gado Bu Yuni dengan gado-gado yang lain. Selain sayuran tentu saja masih ditambah irisan telur ayam rebus separuh bagian dan tak ketinggalan adalah beberapa iris lontong.

Gado-gado ala Bu Yuni memang bernuansa Surabaya karena lama menetap di Kota Pahlawan meski ia sendiri asli penduduk Jarakan, Kramat, Nganjuk. Merasakan gado-gado bikinan Bu Yuni memang terasa lain. Selain lebih komplit sayurannya, bumbunya juga lebih nikmat dan terasa sambal kacangnya. Gigitan demi gigitan seolah tak terasa hingga sampai pada irisan sayuran yang terakhir. Apalagi sayuran yang disajikan benar-benar segar dan naturally fresh. Kres kres kres ….. begitu bunyinya saat gigi ini mengunyah habis sayuran gado-gado.

Tapi selain gado-gado juga menu lain yang tak kalah hebatnya yaitu lontong kikil yang terdiri dari kikil plus balungan menjadi bagian inti dari menu yang agak berat ini. Satu porsi lontong kikil ada lebih dari lima kikil plus balungannya dan kuah yang memenuhi mangkok. Wuiiiihhh, ..dijamin cukup mengenyangkan. Menu gado-gado menjadi menu favorit di warung “BARU” milik Bu Yuni. Dalam sehari, Bu Yuni bisa menjual gado-gado hingga 150 porsi. Dengan harga tiap porsinya hanya Rp. 4.000,- sementara lontong kikil bisa mencapai 50 porsi seharinya dengan harga Rp. 5.500,-, dan untuk tahu campur juga bisa sampai 50 porsi dengan harga empat ribu rupiah per porsinya.

Dengan hanya menjual tiga menu makanan utama sejak pagi hingga jam 7 malam, Bu Yuni dibantu Muryati tetap melayani pelanggannya dengan telaten. Ketekunan selama enam tahun menggeluti bisnis warung gado-gado mebuahkan nama dan prestasi tersendiri dan kini tak sedikit instansi atau kantor yang memesan gado-gado buatannya sebagai menu makan siang. Bahkan saat acara pesta pengantin dan pesta lainnya lontong kikil dan tahu campur ala Bu Yuni juga kerap dijumpai. Sekali merengkuh dayung, dua tiga pula terlampaui.

Es Pelangi Pak Yoyol Pasar Wage

|


Es jenang asli Nganjuk buatan Pak Yoyok ini tidak biasanya karena terdiri dari lima jenis jenang, Ada jenang sumsum, bubur mutiara, jenang ketan ireng, dawet dan jenang gendul. Ditambah santan dan juruh alias gula kelapa. Penggemar jenang tak perlu repot-repot memasak untuk merasakan berbagai jenis jenang karena semua itu bisa ditemui dalam satu mangkok.

Jenang Pak Yoyok belum ada yang menyamai di Nganjuk karena macamnya itu, pelanggan juga bisa memesan 1 macam saja seperti es jenang gendul saja atau es jenang ketan ireng atau es dawet saja. Anda pun tak perlu susah menemukan es jenang ini berdagang di pelataran depan Gedung Juang 45 sebelah barat, es jenang buatan Pak Yoyok bisa ditemukan di pertigaan Dongdet (Kedung Pedhet) Jl. Gatot Subroto Kelurahan Bogo Kecamatan Nganjuk. Juga di tengah keramaian Pasar Wage Nganjuk yang menjadi pusat dan awal usaha kuliner ini. Tepatnya di dekat pedagang kopi bubuk di tengah-tengah pasar.

Es jenang ala Pak Yoyok ini bisa dinikmati kapan saja dan oleh siapa saja. Kenikmatan kliner yang satu ini memang khas. Rasanya segar, enak dan memang nikmat.

Asem-asem Kambing & Kikil Bu Jumirah - Bogo

|


Bila menengok warung yang sangat sederhana di ujung Jl. Lurah Surodarmo - Bogo yang hanya berjarak sekitar 100 meter dari SMA Negeri 1 Nganjuk arah barat perempatan, anda akan sampai di Warung Biru Bu Jumirah yang terkenal menyediakan masakan asem-asem kambing. “ Sudah sejak sekitar tahun 1985 saya berjualan asem-asem kambing “, ujarnya. Menariknya, asem-asem kambing buatan Bu Jumirah diolah dengan cara yang berbeda. Perbedaan tersebut terletak pada daun tomat dan buah tomat yang dimanfaatkan wanita ini. Ia sengaja menggunakan daun tomat untuk menimbulkan rasa asem. Makanya meski namanya asem-asem, masakan ini tidak memakai blimbing wuluh atau buah asam. “ Ya, kalau pakai daun kedondong, kan carinya sulit. Kalau daun tomat lebih gampang mendapatkannya “, katanya dengan logat Jawa yang kental.

Selain itu bagian daging kambing sengaja dipisahkan dengan kikil atau balungan pada saat memasaknya. Sehingga panci besar hanya berisi kuah lengkap dengan daging kambing yang selalu segar setiap harinya. Sementara kikil dan balungan lainnya seperti kaki kambing ditempatkan terpisah. Rasa kecut yang ditimbulkan daun tomat dan buah tomat menjadi rasa khas kuliner ini. Namun rasa pedas juga terasa karena cabe rawit merah dan hijau juga ikut masuk ke dalam menu ini.

Ada lagi keunikan dari kuliner ini. Masakan ini biasa disajikan secara terpisah antara daging kambing dan kikilnya, ditambah sepiring nasi plus irisan jeruk pecel lengkap dengan kecap manisnya. Dari sekian lama ia membuka usaha kuliner ini, lebih banyak pelanggan yang suka menyantap makanan di warung Bu Jumirah karena asem-asem kambing ini memang lebih nikmat bila langsung disantap di tempat. Kita pun tak perlu merogoh saku dalam-dalam untuk bisa menikmati menu ini. Cukup Rp. 7.000 untuk satu porsi asem-asem kambing dan Rp. 5.000 untuk satu porsi kikil. Bila dicampur hanya Rp. 7.500 saja selain asem-asem kambing, Bu Jumirah juga menjual nasi pecel. Justru nasi pecel inilah menjadi usaha pertama sebelum kemudian beralih ke asem-asem kambing.

Untuk bisa menikmati masakan khas ini, Anda harus bergegas karena warung Bu Jumirah akan tutup bila sayur asem-asem kambing ini sudah ludes. Tak sampai tengah hari, asem-asem kambing bisa langsung habis setiap harinya. Padahal Bu Jumirah mulai buka sejak jam enam pagi. Tapi asem-asem kambing khas Bogo tampaknya bisa menjadi masakan populer disamping nasi becek mau coba yuk merono...

Wedang Ronde Pak Darno Rejoso

|



Ronde merupakan minuman tradisional asli dari Jawa yang sampai saat ini masih banyak diminati oleh masyarakat. Disamping rasanya yang manis, pedas, dan aromanya yang khas, ronde juga membuat lidah ingin terus bergoyang apalagi jika diminum pada saat cuaca dingin. Wedang ronde memang terletak pada aroma serta rasanya yang membuat badan menjadi segar. Wedang Ronde terbuat dari bahan baku yang mudah didapat seperti jahe, kacang dan kolang-kaling.

Pak Darno pria 32 tahun asal Desa Klagen Kecamatan Rejoso ini salah satu pedagang ronde yang khas karena aroma rondenya dapat membuat pelanggannya ketagihan akan hasil olahannya. Bapak satu anak ini memiliki usaha wedang ronde sejak tahun 1987 di Kota Pahlawan Surabaya tepatnya di Jl. Biritan Gubeng hingga tahun 2007 namun karena panggilan tugas sebagai penyuluh lapangan, akhirnya dia harus pulang kampung dan menekuni keahliannya sebagai PPL Kontrak.

Namun disela-sela kesibukan sebagai penyuluh dia masih sempat melanjutkan usahanya dengan membuat Wedang Ronde diwarung DPW Desa Gondang, Kecamatan Gondang dengan harga Rp. 2000,- setiap mangkok. Selama ini dalam sehari, Darno mampu menghabiskan sekitar 50 mangkok. Itu pun dirinya mengaku sempat kewalahan jika musim hajatan tiba.

Wedang ronde yang bernama “onde Kebangkitan’’, itu lantaran dengan usaha sampingan yang digelutinya ini membuat dirinya lebih semangat dalam berkarya. Itu terlihat dengan kemampuannya dibidang pertanian dimana dia mendapatkan peluang untuk mendarma bhaktikan ilmunya bersama masyarakat petani.

Plecing Kangkung Lombok ala Nganjuk

|

Apakah Anda suka dengan masakan yang pedas-pedas? Nganjuk juga kaya dengan jenis kuliner dari daerah lain khas Lombok Nusa Tenggara Barat yaitu plecing kangkung. Nama masakan ini intinya adalah kangkung yang disiram dengan sambal plecing. Menurut Bu Yeti yang membuka usaha masakan khas Lombok di Nganjuk dikawasan komplek Gedung Juang Jl. Dr Sutomo, plecing kangkung memang asli dari daerah Lombok. Masakan ini sudah turun-temurun diwariskan dari generasi ke generasi dan memang sayur dan sambalnya memang selalu segar setiap hari. Tak heran masakan ini sudah kondang namanya di tanah air. Begitu pula di kota angin, Nganjuk.

Untuk bahan kangkung Bu Yeti menggunakan kangkung lokal dari Nganjuk. Ia mengaku kesulitan bila harus memakai kangkung asli dari Lombok. Namun bahan lainnya seperti terasi tetap memakai terasi asli Lombok. “ Rasanya berbeda dengan terasi dari Jawa atau buatan lokal “, katanya. Karenanya demi menjaga cita rasa asli sambal plecing, Bu Yeti menyempatkan pulang ke kampung halaman beberapa bulan sekali.

Sambil meniriskan kangkung, Bu Yeti menyiapkan bumbu-bumbu untuk membuat sambal plecing. Di atas cobek batu beberapa biji cabe rawit merah ditambah garam mulai dihaluskan. Tak lama, terasi dari Lombok ikut ditambahkan. Kembali bumbu dihaluskan. Lalu terakhir tambahkan tomat dan dihaluskan. Hasil akhir sambal plecing ini menjadi sambal berwarna merah menyala-nyala. Seperti api yang berkobar membakar semangat untuk segera menyantapnya. Pasti pedas banget rasanya. Tapi jangan kuatir, pelanggan bisa meminta ukuran pedasnya sendiri. Mau yang tidak pedas, sedang atau super pedas tinggal bilang aja ke Bu Yeti. Pasti dibuatkan sesuai selera.

Kata Bu Yeti yang memang asli orang Lombok, untuk menyantap plecing kangkung harus ditemani lauk pauk. Biasanya, orang Lombok lebih suka memilih ikan pindang goreng sebagai teman lauk. Tapi karena pelanggannya banyak yang berasal dari warga Jawa, Bu Yeti pun menyediakan tempe, perkedel, ayam goreng atau lauk yang biasa dikonsumsi warga sekitar. Tapi ia pun tetap menyediakan ikan pindang yang sudah dibumbui cabe.Untuk menyantap plecing kangkung ini lebih asyik kalau bersama banyak orang. Alias dimakan rame-rame. Pasti lebih seru! Sepiring nasi putih rasanya masih kurang untuk meredam rasa pedas yang menjilati lidah ini. Mak Nyoossss…!!! Beruntung ada segelas es jeruk yang sudah disediakan Bu Yeti. Wuuaahhh! Rasanya segar, seperti kebakaran yang disiram air dari pemadam kebakaran. Langsung, mak nyesss…. !!!

Harga perporsi juga cukup terjangkau hanya lo cuma Rp. 5.000. “ Satu porsi plecing kangkung ya memang lima ribu saja”, kata Bu Yeti seraya diiyakan Lily, adiknya. Wis jan murah tenan !!! Enak lagi. Setelah mencoba kenikmatan plecing kangkung, rasanya pengin mencoba menu yang lain. Tapi tidak untuk kali ini. Yang jelas di lain waktu. “ Yang pasti rasanya tak kalah seru “, ujar Bu Yeti dengan yakin. Cobain plecing kangkung, ya ! Dijamin Anda akan ketagihan dengan kenikmatannya yang khas

Sate Lele Khas Bangsri - Kertosono

|


Anda penggemar sate ? silahkan Anda mencoba sate yang satu ini yaitu sate lele yang dibakar dengan bumbu kacang. Setelah dibersihkan, ikan lele dibumbui dan digoreng seperti biasa. setelah ditiriskan dan agak dingin, lele goreng dibakar hingga merata. Saat itulah, sembari ikan lele dibakar, bumbu-bumbu sate dipersiapkan. Seperti kacang, bawang merah, bawang putih, garam dan bumbu lainnya. Bumbu sate yang hendak dibuat adalah bumbu kacang seperti umumnya. Nah, bila Anda penyuka rasa pedas, bisa ditambahkan cabe beberapa biji sesuai selera.

Sate lele ini bisa Anda jumpai di Warung Mewah di Desa Bangsri, Kertosono. Ny. Kalimi sang pemilik usaha memang sengaja menjadikan sate lele sebagai menu andalan. Selain sate lele, ia juga menyediakan ayam goreng dan ayam bakar. Dengan terpaan angin sawah yang menepuk lembut wajah ini, menyantap sate lele jadi terasa lebih nikmat.

Ny Kalimi memang membuat lokasi usaha secara sederhana dengan gubuk yang mirip dengan sebuah gazebo dibuat senatural mungkin, apalagi tiang-tiangnya terbuat dari bambu dengan atap rumbia membuat Kesan alami sangat terasa kental. Kenyamanan menyantap sajian khas Ny. Kalimi sepertinya menjadi ciri khas dengan letak gubuk yang disebut Warung Mewah alias Warung Mepet Sawah.

Pecel kerupuk besuk Mbok Nem Sukorejo

|


Pecel Krupuk Besuk ,Sambalnya Asli Ditumbuk

Desa Sukorejo, Loceret tepatnya di Dusun Besuk ada sebuah warung yang menyediakan menu pecel istimewa dengan rasa sambal yang pedas dan menggigit lidah, Warung pecel milik Mbok Nem ini sudah buka sejak puluhan tahun lalu. Jenis pecelnya pun cukup bervariasi. Dari pecel sayur, pecel tahu dan pecel krupuk. Dari sekian menu pecel itu, pecel krupuk menjadi menu paling istimewa. Ya, makanan tradisional khas ini menjadi primadona yang banyak disukai pelanggan.

Keistimewaan pecel krupuk Mbok Nem ini terletak pada rasa sambal pecelnya. Rasa sambal pecelnya terasa cukup pedas dan menggigit lidah. Bagi penikmat pecel, sambal pecel buatan Mbok Nem ini termasuk dalam jajaran sambal yang layak untuk dinikmati. Memang, sambal pecel itu dibuat sendiri langsung oleh tangannya Mbok Nem dengan cara tradisional yakni dideplok (ditumbuk).

Warung pecel Mbok Nem yang menghadap ke timur ini memang sudah cukup kondang di Kabupaten Nganjuk. Dengan porsi yang tidak terlalu banyak tapi murah. Tapi bila Anda kehausan atau merasa kepedasan, segelas es rujak bisa mejadi penawar yang menyejukkan. Apalagi sejuknya angin menambah kian nyaman atmosfer warung ini.

Rumah Mbok Nem pun cukup strategis di tepi jalan yang menghubungkan Desa Tanjungrejo dengan Desa Sukorejo. Loceret. Tak heran, bila banyak pelanggan suka mampir di warung yang buka mulai jam 9 pagi ini. Tapi tampaknya, untuk mendapatkan sepiring pecel kupuk, para penikmat pecel harus rela antri. Saking ramainya, tak sampai jam 1 siang Mbok Nem harus membongkar kembali dagangannya.

Tumpeng 17 Agustusan ala Bu Marlan

|


Kian Cantik dengan Buceng Merah Putih
Di hari kemerdekaan setiap tanggal 17 Agustus ada kuliner yang satu ini selalu menjadi menu wajib, Tumpeng selalu menjadi masakan utama di di malam syukuran. Begitu pula saat malam syukuran peringatan proklamasi kemerdekaan republik ini. Seperti halnya yang biasa dilakukan Tumiharti. Wanita yang membuka usaha depot di Jl. Abdul Rahman Saleh Nganjuk ini, tampak cekatan menata sayur lombok, mie goreng, irisan telur rebus , urap-urap, timun, dan sambal goreng ati melingkari gunungan tumpeng. Tak lupa tahu dan ayam yang telah diberi bumbu rujak yang telah dipotong-potong.

Kekhasan tumpeng agustusan buatan Bu Tum ini sangat tampak dan mudah dikenali. Masing-masing jenis uba rampenya, diletakkan di pincuk dari kertas pembungkus makanan. Kerapian dan kebersihan masakan Bu Tum jadi prioritas utama. Karena untuk acara agustusan, tak lupa Bu Tum memberi ciri khusus pada tumpengnya. Yaitu, puncak tumpeng di beri tutup kerucut dari kertas dengan warna merah putih. Sebelumnya, ujung tumpeng di beri tutup dari daun pisang ukuran kecil berbentuk kerucut.
Kekhasan Bu Tum dalam merias wajah tumpeng masih berlanjut. Tumpeng biasanya langsung diserbu begitu selesai didoakan (diujubkan) oleh tokoh agama. Karenanya, Bu Tum menyediakan entong (sendok nasi) untuk membagi rata tumpeng.

Dibantu lima keponakannya, Bu Tum sendiri kadang-kadang menambahkan ikan bandeng goreng pada tumpeng sebagai variasi menu bila diperlukan. Makin menggoda selera. Plus dus berukuran sedang untuk wadah nasi tumpeng yang telah dibagi rata.

Yang menjadi ciri khas tumpeng buatan Bu Ramelan tak hanya itu saja. Model hiasannya pun tampak cantik. Hiasan (garnish) dari mentimun yang sudah diiris bagian tepinya jadi tampak lebih sedap dipandang. Irisan cabe merah menancap di tengahnya jadi pemanis suasana. Begitu juga kulit tomat yang tampak merah menyegarkan ditata rapi secara merata.
Apalagi ingkung ayam bakar bumbu rujak tampak begitu mengundang selera makan. Kata orang, dari mencium baunya saja sudah terasa lapar.
Dengan dua kilo nasi putih, tumpeng Bu Ramelan tampak tinggi menjulang. Saat diangkat pun terasa lumayan berat. Rata-rata tumpeng Bu Ramelan ini bisa untuk 10 porsi
.

Siomay Bandung raos pisan, euy...ala Loceret

|


Mas Catur pemuda asli Desa Sombron, Loceret ini membuka usaha kuliner siomay dan batagor Bandung sejak dua tahun lalu dan rasanya kalo orang Sunda bilang, Raos pisan, euy…!!
Lalu seperti apa sih gambaran siomay dan batagor Bandung buatan Catur ini ? “ Ya, seperti yang asli dari Bandung. Ada siomay, kobis/kol gulung , kentang, telor, tahu kukus isi, dan pare.Semuanya sudah matang dan dikukus dalam kukusan khusus untuk siomay.

Sementara yang berwujud gorengan adalah batagor alias bakso tahu goreng. Kesemua isi tadi, ditata dengan rapi di atas piring sedang lalu dipotong-potong jadi lebih kecil. Biasanya Catur cukup mengguntingnya saja. Dengan garpu, siomay terasa maki nmemanjakan lidah ini. Siomaynya terasa ikan tengiri. Belum lagi sambal kacangnya yang juga terasa benar kacangnya. Malahan tampak ada pecahan biji-biji kacang di sana. Ganti tahu, ganti pare, ganti terus dan terus….. Wah sampai akhirnya habis deh satu piring. Nggak terasa perut ini jadi kenyang juga. Untuk melonggarkan tenggorokan, es jeruk sudah siap menjadi penawar. Sueger rasanya !

Dengan membuka usaha di tepi Jl. Diponegoro di dekat sebuah swalayan, Siomay ala Catur menjadi mudah ditemukan. Tak jarang, sepeda motor dan mobil tampak terparkir memenuhi tepi jalan kabupaten itu. Umumnya pelanggan siomay ini lebih banyak didominasi oleh kaum hawa. Tapi tak sedikit pula kaum adam yang juga suka dengan camilan khas Bandung ini. Bahkan anak-anak sekolah plus gurunya juga menjadi penyuka siomay. Karenanya tak jarang pula, dagangan Catur cepat habis hanya dalam beberapa jam saja. “ Padahal baru buka sekitar jam 10 pagi. Alhamdulillah, dalam dua jam habis tak tersisa, “ ujarnya dengan wajah senang.

Kalau Anda sedang tak hendak makan nasi, coba saja siomay batagor asli Bandung buatan Catur ini dengan harga hanya RP. 4.000,-/ porsinya. Apalagi musim hujan akan tiba. Tentunya pasti lebih sedap dan nikmat disantap saat musim hujan. Mau dibungkus, Mas Catur juga dengan senang hati membungkusnya.

Ikan-Wader-Urang & koncone ning Kali Mbaduk

|

Ikan wader tergolong jenis ikan yang hidup di sungai. Ikan jenis ini dapat ditemukan dengan mudah di Pasar Ikan Mbaduk di Desa Malangsari, Tanjunganom tepatnya berada tepat di tepi Kali Mbaduk. Untuk ikan yang digoreng seperti wader, kutuk, udang dan lele, ia menyajikannya bersama lalapan. Sayuran yang dipakai biasanya adalah kubis dan sedikit kemangi serta beberapa potong irisan mentimun yang disajikan di atas cobek (layah). Satu lagi yang tak mungkin ditinggalkan adalah sambal terasi.

Untuk sambalnya, Anda pun bisa memesan sesuai selera. Bisa yang mentah atau jenis sambal matang. Mau yang pedas, sedang atau bahkan sangat pedas sekalipun, Mbak Suyati akan memenuhi. Dengan sepiring nasi putih dan wijikan dalam mangkok, menu ikan goreng mejadi terasa lebih komplit. Hmm, melihatnya saja, sudah mampu menggugah selera makan ini. Menu ikan segar ini pas sekali disantap pada waktu makan siang. Apalagi bersama kawan-kawan sejawat. Atau dengan kekasih tercinta sambil menikmati pemandangan Kali Mbaduk dengan terpaan anginnya yang bertiup semilir menerpa wajah.

Gemuruh air Kali Mbaduk yang keluar dari pintu air, seakan menjadi penyegar mata yang menyejukkan. Siang hari yang terik seperti berlalu cepat bagaikan angin. Panas pun jadi tak terasa. Ditambah dengan segarnya es kelapa muda alias es degan yang sangat dinantikan. Harga menu ikan segar di sana sama dan seragam. Untuk satu porsi wader atau lele goreng plus nasi putih Anda hanya cukup mengeluarkan Rp. 5.000 ,-. Sedang untuk ikan belut hanya Rp. 6.000,-. Dan ikan kuthuk seharga Rp. 8.000,-. Yang paling mahal tentunya adalah udang goreng. Satu porsi udang goreng ini seharga Rp. 10.000,-. Karenanya bothok wader dan lele pun menjadi yang paling murah, yakni hanya Rp. 2.000,-. Untuk bothok ikan kuthuk dan belut tergantung besar kecilnya ikan. Semakin besar ukurannya, tentu akan lebih mahal. Tapi Anda tak perlu khawatir. Yang paling mahal sekalipun, masih terhitung murah. Sementara es kelapa muda cukup hanya dengan Rp. 1.500,- saja.

Pondok Ikan Segar Mbaduk ini sudah sangat terkenal dimana-mana. Letaknya yang berada di jalan tembus Pace – Tanjunganom menjadi akses satu-satunya. Tak heran, banyak sopir truk atau mobil kanvas yang sering singgah ke tempat ini. Atau mereka yang hendak pergi ke Tanjanganom atau Nganjuk bisa dipastikan akan mampir untuk makan siang.

Sayur Asem Kambing Muda Khas Ngluyu

|


Di daerah Nganjuk bagian utara ini ketika kita bilang jangan asem (sayur asem-red) ternyata yang disajikan adalah masakan yang rasanya asam tetapi di dalamnya ada daging kambing muda yg dimasak dengan daun kedondong. Karenanya disarankan bagi warga dari luar Ngluyu untuk tidak segan-segan menanyakan kepada penjual. Maksudnya agar masakan yang disajikan sesuai dengan kehendak kita. Pemilik kios masakan bernama Bu Harsuni wanita asal Desa Gampeng Kecamatan Ngluyu merupakan generasi ke lima dalam usaha berjualan nasi sayur asem dengan menggunakan bahan baku daging kepala kambing, kikil, maupun balungan, sementara daging kambing lainnya digoreng sebagai campuran lauk.

Sementara pelanggan yang selama ini sering berkunjung ke warung pojok Bu Harsuni biasa dari Nganjuk, Kertosono Gondang, Rejoso dan masyarakat sekitar. Dalam satu hari bisa menghabiskan dua ekor kambing, apalagi saat hari pasaran. Bahkan beberapa pejabat di Nganjuk sudah mulai mengenal masakan khas itu termasuk para pengunjung wisata Margo Trisno , biasanya juga banyak yang menyempatkan mampir. Dengan demikian upaya pengembangan obyek wisata akan sangat terdukung.

Martabak Isi Daging Pak Amin Jl. A Yani

|

Martabak ala Hollando yang terletak diujung jalan A Yani Nganjuk ini harganya hanya Rp. 15.000 saja dengan berbagai macam isi. Ada martabak isi jamur, isi daging atau kombinasi.
Selain martabak, Amin juga menjual terang bulan. Terang bulan yang mereka sediakan ada dua jenis. Yakni terang bulan dengan isi. Seperti coklat, keju, kacang, wijen atau kombinasi rasa. Jenis lainnya adalah lecker.


Istilahnya lecker ini adalah terang bulan dengan yanpa daging. Alias hanya kulitnya saja. Tapi lecker ini bisa juga ditambahi isi yang sama dengan terang bulan. Dengan hanya satu rasa atau kombinasi. Harga terang bulan ini juga sebanding dengan rasanya. Untuk terang bulan rasa coklat cukup hanya Rp. 8.000 saja. Tapi bila rasanya dikombinasikan dengan rasa lain seperti kacang dengan coklat maka harganya jadi Rp. 15.000.

Sementara untuk lecker, Anda cukup membayar Rp. 8.000 saja. Rasa lecker ini kering tapi manis plus ada rasa coklat atau sesuai selera. Jadi tak perlu susah-susah untuk mencari camilan enak. Datang saja ke bilangan A. Yani dan beli martabak atau terang bulan Hollanda yang istimewa. Enak, renyah, lezat dan nikmat

Ayam Lodho Prambon Bu Sarno

|

Ya, bila kita ke Prambon, di sana ada sebuah rumah makan di Desa Tanjungtani yang menyajikan makanan khas yang mungkin belum bisa ditemukan di penjuru lain di Kabupaten Nganjuk ini. Makanan ini sering disebut sebagai Ayam Lodhoh. Karena saking populernya di masyarakat Nganjuk, ayam lodhoh identik dengan Prambon. Sudah sejak lama rumah makan Bu Sarno menyajikan menu khas ini. Letak rumah makan Bu Sarno ini sangat mudah dijangkau, membuat Anda tak sulit Anda menemukannya. Rumah makan ini ada di sebelah timur jalan tepatnya di depan sebuah mini market di tepi jalan raya Prambon menuju ke arah Kediri.

Nasi yang disajikan dengan ayam lodhoh juga enak. Empuk dan benar-benar tanak. Dijamin Anda tak akan berhenti sebelum porsinya habis. Tapi jangan lupa untuk minum dengan aneka jenis minuman yang telah disediakan. Mulai dari es teh, es jeruk hingga minuman botol. Atau sebagai pelengkap juga disediakan kerupuk yang renyah dan gurih. Nah, bagian ayam yang lain seperti jeroan, juga dimanfaatkan oleh Bu Sarno. Jeroan ini dibuat dalam bentuk bothok jeroan. Ukurannya bothoknya lumayan besar. Bothok jeroan juga kerap diminati oleh pembeli. Entah dimakan langsung di sana atau bisa juga dibawa pulang

Es Puter Mas Warno - Ngetos

|

Bagi penikmat es, es puter memang cocok sebagai pengusir rasa jenuh. Sedikit demi sedikit, es puter dinikmati hingga tak terasa mangkoknya terasa licin. Alias sudah habis. Nah,.. yang lebih menarik, ternyata Pondok Es Puter Mas Warno ini menyajikan rasa yang berbeda-beda setiap harinya. Hari ini rasa vanila, besok mungkin coklat, strawberry, mocca dan seterusnya.

Warung es puter milik Mas Warno yang asli Ngetos ini, memang ditujukan bagi penikmat es. Pembeli akan dapat lebih merasakan nikmatnya makan es puter dengan santai tanpa harus dikejar waktu. Apalagi lokasinya yang ada di sebelah toko serba ada di kawasan Jl. Diponegoro Nganjuk. Sambil melihat keramaian orang yang berbelanja, es puter akan lebih lama terasa nikmatnya di lidah. Hanya saja penikmat es puter hanya bisa menikmati dingin-dingin empuknya es puter pada siang hingga sore hari.Tak mengapa, kan. Karena menikmati es puter tentu akan terasa lebih nikmat di siang hari yang panas sambil dibelai angin Kota Nganjuk yang sepoi-sepoi

Sarapan dg Jenang Sumsum Mbah Yat

|

Di pagi hari dengan udara segar tentu asyik bila kita jalan-jalan keliling kota. Melewati Jl. Barito yang terkenal dengan kampung Keringan. Sarapan pagi kita adalah jenang sumsum, makanan tradisional yangsudah tak asing lagi bagi orang Jawa. Makanan yang lunak teksturnya ini biasa dikonsumsi di pagi hari. Lha, jenang sumsum buatan Mbah Yat rasanya cocok buat mereka yang suka dengan jenang.

Jenang sumsum ala Mbah Yat ini dibuat langsung pagi-pagi buta. Jadi dijamin segar langsung dari panci dg harga seribu rupiah saja. Nah, sekitar jam setengah enam pagi dagangan diusung ke tempat Mbah Yat berjualan. Setiap harinya, Mbah Yat berjualan dari jam 06.00 pagi. Di bagian pojok perempatan Jl. Serayu, Begadung, nenek yang punya nama asli Yatmi ini menggelar usahanya. Tepatnya di emperan di belakang pedagang sayur.

Rasa gurih yang khas benar-benar terasa di lidah saat kita mencicipi santan jenang sumsum ini. Sekarang giliran jenang sumsum kita yang coba. Terasa kenyal dan lembut. Saat sesendok jenang sumsum plus kuah santan masuk ke mulut kita, lidah menangkap rasa lembut dan gurih. Hmmm….Ueenaak. Rasa manis dari gula kelapa juga cukup

Krengsengan Ayam Sukomoro - Pak Rudy

|

Masakan krengsengan tentu sudah sangat akrab di telingan masyarakat. Olahan makanan dengan bahan dasar daging ayam ini biasa menjadi menu pilihan yang disajikan bagi pedagang mie. Masakan seperti mie goreng, mie rebus atau nasi goreng menjadi menu utama bagi pedagang mie. Tapi tidak semua pedagang mie juga menyiapkan menu krengsengan. Bedanya dengan pedagang mie lainnya, krengsengan bikinan Pak Rudy dibuat dengan menonjolkan rasa. Bila kita hendak menyantap krengsengannya, pertama kali yang tercium adalah aroma khas bumbu kecap. Kecap yang menempel di daging ayam benar-benar kental hingga kelihatan hitam meleleh. Plus kuah berwarna coklat kehitaman yang cukup berlimpah dan kental.

Apalagi untuk satu porsi krengsengan kita bisa mendapatkan beberapa bagian daging ayam dengan genangan kuah krengsengan yang kental. Dengan ditemani nasi putih atau juga bisa ditambah dengan lalapan kubis plus acar, masakan krengsengan menjadi lebih nikmat. Dijamin, pasti nambah lagi. Tapi untuk bisa merasakan kelezatan krengsengan Pak Rudy, Anda hanya bisa menemukannya di waktu malam hari di bilangan Rest Area Sukomoro. Sambil jalan-jalan menikmati udara malam Nganjuk, tentu nikmat merasakan lezatnya krengsengan Pak Rudy

Lontong Sayur Sukomoro

|

Bila ke Jakarta, maka kita akan dengan mudah menemukan masakan kupat sayur untuk sarapan pagi. Tapi di kota kita ini, ada masakan yang hampir sama namanya tapi sangat berbeda. Lontong sayur, itulah namanya.

Masakan lontong sayur memang cenderung berasa pedas tapi gurih. Rasa khas itulah yang menjadi ciri utama masakan ini. Apalagi, umumnya orang Nganjuk lebih suka dengan masakan yang pedas terutama di daerah pedesaan. Namun bukan berarti, lontong sayur adalah konsumsi orang desa, meski letak warung Bu Sumini memang ada di Desa Sukomoro Kecamatan Sukomoro.

Jenis masakan ini, di wilayah Kabupaten Nganjuk masih jarang ditemukan. Tapi, warung Bu Sumini bisa menjadi alternatif pilihan. Meski hanya buka dari selepas maghrib hingga tengah malam. Apalagi tempatnya yang mudah dijangkau dari jalan raya. Hanya sekitar 200 meter sebelah selatan pintu perlintasan kereta api di Desa Sukomoro. Makanya, jika siang hari, Sukomoro terkenal dengan ramainya pasar Brambang di sebelah utara jalan raya Nganjuk – Surabaya. Di malam hari, Anda juga bisa menghangatkan suasana dengan lontong sayur yang gurih pedas. Jadi, tunggu apa lagi ? Malam ini, terangnya langit adalah saat yang tepat untuk merasakan lezatnya lontong sayur.

Gurihnya Singkong Keju Jl. Dipenogoro

|

Gurihnya Singkong Keju

Soal camilan atau kudapan, tentu tiap orang sudah paham. Makanan ringan ini cocok sebagai teman minum teh atau kopi. Atau malah dihidangkan untuk tamu atau malah sebagai teman saat menonton acara televisi. Singkong goreng memang memakai bahan dasar dari singkong alias ketela pohon alais ubi kayu. Bahan dasar ini relatif mudah ditemukan terutama di daerah lahan kering. Tak jarang, petani juga menanamnya sebagai tanaman sela di samping jagung atau tanaman palawija lainnya.

Mencari gorengan singkong keju di Nganjuk tidaklah sulit. Namun belum banyak ditemukan di Kota Angin ini. Yang paling sering dikunjungi adalah di seberang Apotik Sehat Jl. Diponegoro Nganjuk. Mas Ari yang berdomisili di Cacingan, Jatirejo ini mencoba resep yang ia peroleh dari teman-temannya. Usaha singkong keju miliknya, meski hanya dengan sebuah rombong kecil, malah mendatangkan keuntungan yang berlipat.

Meski memang mengenyangkan, singkong keju ini mampu menggugah selera bagi penikmat gorengan. Nah bagi Anda yang memang doyan dengan gorengan, tentu tak ada salahnya untuk mencoba. Dan tak usah takut untuk menjadi gemuk. Singkong keju memang cocok disantap saat kumpul bersama keluarga apalagi bagi mereka yang suka lembur atau begadang sambil menonton tayangan sepakbola Piala Dunia yang sebentar lagi akan dimulai.

Soto Daging Bu Marji - Berbek

|

Masakan kali ini yang cukup mampu menggugah selera orang yang doyan makan untuk orang Nganjuk adalah soto daging. Masakan berkuah ini takbanyak ditemukan di Kabupaten Nganjuk. Meski sebenarnya makanan ini bukan hal yang baru di lidah penyuka makanan. Irisan daging sapi, menjadi ciri utama dari soto ini. Apalagi dengan nasi sebagai pelengkap, membuat penikmat masakan berkuah ini akan mejadi kenyang dibuatnya. Tak heran, bila soto daging juga bisa dihidangkan sebagai makanan utama tanpa mengenal waktu. Bisa untuk sarapan, untuk makan siang atau sebagai santapan di malam yang dingin.

Apalagi bila ditambah dengan kecap manis dan ditemani dengan gurihnya kerupuk. Nyam..Nyam…Nyam… Kriuk…Kriuuk…. Sangat lezat. Dan sangat nikmat. Bila ingin pedas, bisa ditambah dengan sambal kemiri yang akan membuat lidah kita menari-nari. Tak perlu jauh-jauh. Masakan Soto daging bisa ditemukan di beberapa sudut Kabupaten Nganjuk. Tapi yang paling ramai dikunjungi oleh sang pemburu kuliner, adalah di Dusun Pogalan, Desa Sendangbumen, Brebek.


Di Depot “Berkah” milik Bu Marji ini, soto daging menjadi menu kesukaan dari banyaknya pengunjung yang setiap hari menghampiri depotnya. Padahal, selain soto daging ia juga menghidangkan bakso dan basko kikil. Lezatnya soto daging buatan Bu Marji, memang sudah populer di lidah pelanggannya. Bahkan terasa lebih nikmat dibanding dengan masakan serupa yang ada di “negeri jiran”. Jadi jika Anda bosan dengan masakan rumahan, atau Anda adalah penyuka masakan berkuah, maka santaplah hidangan yang lezat seperti soto daging. Soto daging buatan Kabupaten Nganjuk, tentunya

Golek sing puenak meneh